Profil Desa Cacaban
Ketahui informasi secara rinci Desa Cacaban mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Kelurahan Cacaban, jantung Kota Magelang di Kecamatan Magelang Tengah. Profil lengkap mencakup demografi, potensi ekonomi berbasis jasa, sejarah unik Kampung Kwarasan, serta inisiatif lingkungan "Kampung Iklim" yang inspiratif.
-
Pusat Strategis Kota
Berlokasi kurang dari satu kilometer dari Alun-Alun Magelang, Cacaban berfungsi sebagai pusat vital untuk layanan publik, perdagangan, dan kuliner di Kota Magelang
-
Warisan Sejarah Kolonial
Keberadaan Kampung Kwarasan, sebuah komplek hunian peninggalan Belanda yang dirancang untuk kesehatan, memberikan karakter arsitektur dan sejarah yang khas di tengah kota
-
Inisiatif Masyarakat yang Kuat
Melalui "Kampung Iklim" di Jambon Gesikan, warga Cacaban menunjukkan kemandirian dan kepedulian tinggi terhadap lingkungan, menciptakan ruang hidup yang asri dan berkelanjutan

Kelurahan Cacaban merupakan salah satu wilayah paling vital dan dinamis di Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang. Berada di episentrum pemerintahan dan kegiatan ekonomi, Cacaban bukan sekadar kawasan pemukiman padat, melainkan sebuah entitas urban yang kaya akan jejak sejarah, menjadi pusat berbagai layanan publik dan rumah bagi masyarakat dengan inisiatif sosial yang tinggi. Dengan lokasinya yang sangat strategis, hanya berjarak beberapa ratus meter dari Alun-Alun Kota Magelang, kelurahan ini merepresentasikan wajah kota yang terus berkembang tanpa meninggalkan warisan masa lalunya. Profil ini mengulas secara mendalam berbagai aspek yang membentuk identitas Kelurahan Cacaban sebagai jantung kota.
Geografi dan Demografi Perkotaan
Secara geografis, Kelurahan Cacaban memiliki posisi sentral di Kecamatan Magelang Tengah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 2005, wilayah Kelurahan Cacaban memiliki batas-batas administratif yang jelas. Di sebelah utara, wilayahnya berbatasan langsung dengan Kelurahan Magelang. Sementara itu, di sebelah timur, Cacaban bersebelahan dengan Kelurahan Kemirirejo. Batas-batas ini menempatkan Cacaban di tengah-tengah denyut nadi aktivitas perkotaan yang saling terhubung.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Magelang, luas wilayah Kelurahan Cacaban tercatat sekitar 0,90 kilometer persegi. Dengan luas tersebut, pada pertengahan tahun 2020, Cacaban menampung jumlah penduduk sebanyak 7.840 jiwa. Dari kedua data ini, dapat dihitung tingkat kepadatan penduduknya yang mencapai angka sekitar 8.711 jiwa per kilometer persegi. Angka kepadatan yang tinggi ini menegaskan karakter Cacaban sebagai sebuah kawasan urban yang padat dan menjadi pusat aktivitas bagi ribuan warganya. Struktur pemerintahannya didukung oleh puluhan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) yang menjadi ujung tombak pelayanan langsung kepada masyarakat.
Sejarah yang Membentuk Karakter Perkotaan
Salah satu keunikan yang paling menonjol dari Kelurahan Cacaban ialah warisan sejarahnya yang tercermin dalam keberadaan Kampung Kwarasan. Kampung ini bukan sekadar pemukiman biasa, melainkan sebuah proyek hunian bersejarah yang dibangun pada era kolonial Belanda. Sejarah mencatat, sekitar tahun 1932 saat krisis ekonomi global (Malaise) melanda dan wabah pes menyebar di Kota Magelang, pemerintah kolonial merencanakan pembangunan sebuah komplek perumahan sehat. Nama "Kwarasan" sendiri berasal dari kata dalam bahasa Jawa, waras, yang berarti sehat.
Pembangunan komplek ini rampung pada tahun 1937 dengan tiga tipe rumah yang berbeda, ditujukan bagi para pejabat dan pegawai kolonial. Rancangan arsitekturnya yang seragam dan teratur, lengkap dengan fasilitas umum seperti lapangan, masih dapat disaksikan hingga hari ini dan memberikan karakter visual yang khas bagi Kelurahan Cacaban. Lapangan Kwarasan yang ada saat ini merupakan sisa dari dua lapangan yang dulu dibangun, di mana satu lapangan lainnya kini telah beralih fungsi menjadi Kantor Kecamatan Magelang Tengah. Jejak sejarah ini menjadikan Cacaban sebuah laboratorium hidup tentang perencanaan kota di masa lalu yang terus beradaptasi dengan zaman.
Denyut Ekonomi dan Jantung Pelayanan Publik
Sebagai bagian dari pusat kota, Kelurahan Cacaban memiliki peran signifikan dalam struktur ekonomi dan pelayanan publik Kota Magelang. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 Tahun 2024 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) menetapkan sebagian wilayah Cacaban sebagai bagian dari Pusat Pelayanan Kota yang berpusat di sekitar Alun-Alun. Penetapan ini menegaskan fungsinya sebagai zona pengembangan utama untuk sektor perdagangan dan jasa.
Potensi ekonomi kreatif, khususnya di bidang kuliner, menjadi salah satu motor penggerak ekonomi lokal. Salah satu ikon kuliner yang sangat dikenal dan berlokasi di Jalan D.I. Panjaitan, Cacaban, ialah Warung Makan Soto Pak Trimo yang telah melegenda dan menjadi destinasi bagi warga lokal maupun wisatawan. Selain itu, geliat usaha di sektor fesyen dan kriya juga terus menunjukkan perkembangan seiring dengan dinamika kota. Keberadaan berbagai toko, warung, dan penyedia jasa lainnya di sepanjang jalan utama dan gang-gang kelurahan menunjukkan vitalitas ekonomi yang berbasis pada kebutuhan harian masyarakat kota.
Fungsi Cacaban sebagai pusat pelayanan juga didukung oleh keberadaan kantor-kantor penting. Lokasi Kantor Kecamatan Magelang Tengah di wilayah ini menjadikannya sebagai pusat administrasi bagi kelurahan-kelurahan di sekitarnya, mempermudah akses warga terhadap layanan pemerintahan.
Inisiatif Hijau dan Kehidupan Sosial Masyarakat
Di tengah kepadatan penduduk dan aktivitas perkotaan, masyarakat Cacaban menunjukkan kepedulian yang luar biasa terhadap kualitas lingkungan hidup. Inisiatif ini terwujud secara nyata di Kampung Jambon Gesikan, yang terletak di wilayah RW 4. Kampung ini berhasil mengubah citra pemukiman padat menjadi sebuah oase hijau yang asri dan dikenal dengan julukan "Kampung Bersemi" atau "Kampung Iklim".
Gerakan ini merupakan hasil swadaya murni masyarakat yang secara kolektif menghijaukan setiap sudut kampung dengan lebih dari seribu tanaman, termasuk ratusan anggrek dan bougenville. Djoko Budi Sulistyo, selaku Ketua RW 4, dalam sebuah wawancara dengan media lokal menjelaskan bahwa program ini bertujuan menciptakan udara sejuk dan lingkungan yang nyaman meskipun berada di tengah kota. Keberhasilan Kampung Jambon Gesikan dalam berbagai lomba lingkungan menjadi bukti nyata bahwa inisiatif warga yang terorganisir mampu menciptakan dampak positif yang signifikan.
Di sisi lain, kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Cacaban juga sangat hidup. Keberadaan Masjid Agung Magelang di sisi barat Alun-Alun, yang secara historis dan administratif masuk dalam wilayah Cacaban, menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi umat Islam. Dibangun sekitar tahun 1650, masjid bersejarah ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai saksi bisu perjuangan kemerdekaan, di mana pada masanya pernah dijadikan markas bagi para pejuang.
Pemerintahan dan Arah Pembangunan
Roda pemerintahan di Kelurahan Cacaban dipimpin oleh seorang lurah, yang saat ini dijabat oleh Tyas Ardhiyansah. Di bawah kepemimpinannya, pemerintah kelurahan berfungsi sebagai fasilitator utama bagi pembangunan wilayah dan pelayanan masyarakat, bekerja sama dengan lembaga kemasyarakatan seperti LPM, PKK, Karang Taruna, serta para ketua RT dan RW.
Arah pembangunan Kelurahan Cacaban ke depan selaras dengan visi Kota Magelang yang tertuang dalam berbagai dokumen perencanaan daerah. Sebagai bagian inti dari "Pusat Pelayanan Kota", Cacaban diproyeksikan untuk terus memperkuat fungsinya di sektor jasa, perdagangan, dan pariwisata urban. Pengembangan potensi yang ada, mulai dari penguatan sentra kuliner, penataan lingkungan pemukiman, hingga pelestarian bangunan bersejarah, menjadi fokus utama untuk menjadikan Cacaban sebagai kelurahan yang maju, nyaman, dan berkarakter. Dukungan terhadap inisiatif masyarakat seperti Kampung Iklim diharapkan dapat direplikasi di wilayah lain sebagai model pembangunan partisipatif yang berkelanjutan. Dengan demikian, Cacaban akan terus memainkan perannya sebagai jantung kota yang dinamis, melayani warganya, dan menjaga identitasnya yang unik.